
Ya ya ya,, kalo aku ngeliat sekelilingku yg mnjalani LDR,,wheewww cukup mnyiksa,, status fb, twitter, bbm,, isinya kangen mulu.. tp ada juga seh kk kelas yg kyknya anteng2 aja suami istri jarak jauh,, ato mungkin aku ga tau detailnya kali ya... okay,, kita surfing dr bbrp blog di internet..
" Dalam sebuah hubungan normal (menurut saya sebuah hubungan yang normal adalah sebuah hubungan yang tidak longdistance), pasangan akan dapat sering bertemu apabila sedang merasa rindu. Pasti tahu bagaimana rasanya apabila sebuah rindu tidak terbayarkan, akan sangat menyiksa hati. Selain itu akan membuat diri kita menjadi kurang semangat dan sedikit ogah-ogahan menjalankan aktivitas (curhat nih). Selain itu juga dengan sering bertemu, maka pacar dapat dijadikan tempat sharing dan berbagi keluh kesah. Beda doongg rasanya curhat lewat telpon sama curhat langsung. Kalo curhat langsung, pasangan bisa bersandar di bahu dan kita dapat menepuk nepuk punggung dan memeluk, atau juga dapat menyeka airmatanya. Namun apabila longdistance ?? What can you do ?? Lebih jauh lagi apabila terjadi sebuah salah paham. Nahh.. ini deh paling runyam". Ada kemungkinan masalah tidak bisa selesai hanya lewat telepon what will happen,,kalo gak bisa nyikapinnya bisa berantakan tu rumah tangga..
kesulitan utama saat jauh dari pasangan adalah menjaga diri. Hal inilah yang harus ditanamkan pada masing-masing pasangan untuk menjaga aqidah dan seluruh jiwa dan raga agar tetap memelihara kesucian dan kehormatan diri dan rumahtangga.
Dibutuhkan komitmen luar biasa besar bagi suami dan istri untuk terus memelihara diri agar berjalan dalam syari’ah saat terpisah jauh dari pasangan mereka. Ketika pasangan tidak ada disamping bila tidak disertai kekuatan iman, bisa jadi tergoda. suami adalah pemberi nafkah istri dan anak-anak nya, tapi dia juga seorang Imam yang harus memastikan kelurusan aqidah dan ibadah keluarganya. Dia seorang pelindung yang menjaga anak istrinya dari marabahaya fisik, sekaligus mata air kasih sayang rumah tangga.
ini nih ada tips nya: dikutip dr blog orang
Hmm, kalo dibayangin sih, long distance dengan suami itu lebih banyak beratnya. Tapi, kalo saya pribadi yang udah jalanin long distance beberapa bulan ini, ternyata gak seberat yang kita bayangkan. Berikut ini tips-tipsnya:
Pertama, positive thinking aja. Banyak keuntungan kalo kita sedang long distance dengan suami seperti, pekerjaan sebagai istri sedikit berkurang, cucian gak sebanyak biasanya, gak bakal ada rutinitas nyetrika ato mengurus kebutuhan suami, dan tentunya pahala tambah banyak karena semua ladang amal kita yang handle sendiri. Dan, biasanya, setelah berpisah lama, kita akan serasa jadi pengantin baru lagi pas ketemuan heheh.
kedua, berkomunikasi via apa aja. Sekarang kan udah canggih, kita kangen liat wajah suami, kan udah ada webcam. Telpon via internet yg tentu lbh murah, sms-an, ato bisa juga sekedar miss call (miskol suami dapat pahala loh hehe). Baiknya sih, pasangan sudah mengatur jadwal kapan akan melakukan komunikasi, janjian chat, dll. Misalnya kapan buah hati sudah terlelap, ato pas istri sedang senggang, sehingga ketika suami menelpon, istri bisa langsung angkat dan berkomunikasi dengan bebas. Ato bisa juga, suami sms terlebih dulu kalo mau nelpon, ato chat, begitupun sebaliknya.
ketiga, tanamkan saling percaya. Meskipun kita berjauhan, kita tetap bisa saling menjaga, menasehati, menyemangati, dan menguatkan yang akan menambah saling percaya di antara pasangan :)
keempat, sebaiknya untuk sementara, pasangan yang ditinggal, numpang di rumah orangtua ato keluarga terdekat biar beban sedikit berkurang. apalagi jika harus mengurus anak-anak, akan lebih baik jika ada keluarga yang menemani dan membantu. Lagipula, tinggal sendirian ato hanya ditemani buah hati akan lebih membuat anda merasakan kesepian. Jadi kalo ada apa-apa, suami tidak akan terlalu khawatir.
kelima, carilah kesibukan di luar rumah jika memungkinkan. Saya misalnya, mengajar hampir setiap hari, ikut membantu jika ada kegiatan di luar rumah, sehingga hari-hari long distance gak bakal terasa. atau anda bisa mengisi waktu dengan menulis perasaan-perasaan anda saat tanpa suami, bermain internet, membaca, berpetualang bersama buah hati, dan kesibukan bermanfaat lainnya.
selanjutnya, kalo ada something wrong, ada hal-hal yang gak enak, misalnya anak lagi sakit, di rumah anda ada masalah dengan keluarga, mertua kecelakaan, dll, jangan langsung buru-buru hubungi suami. Usahakan anda mengatasinya sendiri bersama keluarga, sehingga suami yang berada di belahan dunia sana tidak stres, tidak khawatir yang malah akan membuat ia tidak tenang. Jangan sampai hal-hal kecil yang seharusnya anda bisa usahakan sendiri, membuat suami anda ikut panik dan tidak konsen dengan tugas/kuliahnya di sana.
Sebenarnya saya pun terkadang begitu, dikit-dikit panik en maunya suami harus langsung tahu padahal cuma masalah sepele). tapi, sekarang saya sadar, kalo sikap seperti itu kesannya kekanak-kanakan, gak dewasa, sehingga saya berusaha menanagkan situasi terlebih dahulu sebelum mengabari suami.
terakhir, nah, yang paling susah nih kalo udah berkaitan dengan hubungan seks. Haha, masa’ harus pelukan ama bantal guling? Iya, long distance yang paling terasa kan adalah si dia secara fisik gak bakal bisa dihadirkan. Kalo kebutuhan non-fisik, mungkin masih bisa diganti via sarana komunikasi yang ada. Tapi kalo seks?
Hmm, enjoy aja. Yang biasanya gak enjoy itu suami, soalnya laki-laki lebih susah menafikan dan mengalihkan kebutuhan seksnya ketika sedang butuh. Nah, sebaiknya suami banyak-banyak puasa. Di samping itu, sebenarnya istri bisa aja ngirim sms “nakal” untuk suami, ato pas lagi chat misalnya, dan hal-hal “gila bin kreatif” yang bisa anda lakukan saat suami menelpon hahaha (aduh, susah jelasin detilnya).
Menjalani long distance marriage memang ibarat memakan buah simalakama. Pilihan untuk hidup bersama atau hidup terpisah sama-sama mengandung resiko yang tak ringan. Maka, yang penting pasangan harus bisa menetapkan sebuah pilihan ingin membentuk sebuah keluarga seperti apa. Lalu, mintalah kepada Allah dalam do’a yang sungguh-sungguh agar bisa membentuk keluarga seperti itu. InsyaAllah do’a yang penuh keikhlasan akan dikabulkan Allah.
hmmm.. life is choice.. kalo menurut aku pribadi, emang cukup berat kalo mesti Long Distance Marriage,, emang sudah seharusnya istri itu mendampingi suami. Kalo berpikir negatif :" suami yg di rumah aja blm tentu setia, apalgi yg jauh dr rmh,, yaa memang tidak suami begitu,, bgitu juga istri,," Saling menjaga kepercayaan itu hal yang terpenting dalam hubungan jarak jauh.. Peran seorang ayah juga diperlukan oleh seorang anak.
Terlepas dari ini semua, berdoa slalu diberikan yg terbaik untukku, untuk suamiku kelak, dan untuk buah hati kami.. ciyeee bahasanya..
"Jadi intinya mau kada LDM??? kada tahuuuuuuuuu... xixixixi"
http://bebekkuimutimut.wordpress.com/2011/05/04/long-distance-relationship-ldr/
http://tembhemz.blogspot.com/2011/02/long-distance-marriage.html
http://twinshappyfamily.wordpress.com/2011/04/19/tips-long-distance-dengan-suami/
0 komentar:
Posting Komentar